Jalan Kenangan Di Jembatan Gantung



Disebuah Desa yang amat terpencil hiduplah sekelompok masyarakat yang masih hidup dibawah garis kemiskinan. Anak-anak yang takdirnya dilahirkan di Desa terpecil tersebut banyak yang harus menutup mata untuk memperoleh pendidikan. Pada umumnya masyarakat tersebut bermata pencaharian petani. Tidak sedikit juga dari mereka yang bermata pencaharian memburu. Mereka jarang melihat kota dan jarang berkomunikasi dengan warga di daerah lain. Karena memang kehidupan mereka disibukkan dengan ladang yang luas. Daerah pegunungan ini memang sulit dijangkau oleh para kaum kota yang kebiasaan hidup dalam keramaian. Namun tidak sedikit para mahasiswa yang memilih tempat ini untuk melakukan Tafakkur Alam di tempat yang masih sangat alami ini. Para mahasiswa ini sering mengunjungi tempat air terjun yang sangat indah penuh dengan bebatuan yang besar. Banyak para warga yang menjadikan air terjun tersebut sebagai tempat sumber mata air untuk kelangsungan hidup mereka. Air terjun ini merupakan wadah air kebanggaan masyarakat setempat saat musim kemarau melanda Desa mereka.
Di ujung Desa tersebut terdapat sebuah rumah yang atap nya terbuat dari rumput panjang, dindingnya dililiti bamboo dan pintunya hanya terbuat dari anyaman daun kelapa. Terlihat disana ada tiga manusia yang sedang duduk bersama bersenda gurau dengan penuh kegembiran. Satu diantara mereka adalah seorang ibu-ibu yang umurnya sudah setengah baya. Seorang Ayah yang sudah berumur setengah baya, wajahnya kelihatan kusut dan sudah tak bergairah. Wajah lelahnya terlihat jelas bahkan seakan tak punya daya untuk bekerja. Dan satu lagi adalah gadis kecil yang berumur Enam tahun, gadis kecil itu kelihatan sangat periang dan sangat bersemangat seakan banyak harapan yang telah dipupuk untuk segenap masa depannya.
“Laras…….. teriak seorang pangeran kecil dari arah timur  (ternyata gadis kecil itu bernama Laras). Laras langsung saja lari dan mendekati pangeran kecil yang berwajah tampan nan gagah itu.

Laras       : Arman, kenapa kamu kesini pagi-pagi? (ternyata pangeran kecil itu bernama Arman)

Arman     : Saya mau ajak kamu ke air terjun, kita mandi disana yok.

Laras      : ia boleh, tapi saya minta izin orang tua saya dulu ya Ar.

Arman    : ia Ras.
Setelah Laras meminta izin kepada kedua orangtua nya mereka langsung berjalan melewati jalan setapak untuk menuju wadah air terjun yang menjadi tempat favorit warga setempat. Dalam perjalanan menuju ke tempat itu Arman yang berumur Tujuh tahun menjaga ketat Laras dari duri-duri dan ilalang nakal yang suka membuat gatal badan Laras kalau sudah disentuhnya. Ditengah perjalanan tiba-tiba Arman hilang yang tadinya selalu berjalan pelan dibelakang Laras.
Laras      : Arman, Arman, Man (teriak Laras). Kamu kemana? Jangan tinggalin aku sendiri, aku takut sekali     disini sendiri.
Dari dalam hutan terdengar suara mengaung seperti suara srigala. Laras semakin ketakutan sambil menangis, kedua tangan Laras memeluk erat tubuhnya sendiri. Lalu terdengar suara tapak manusia, Laras semakin besar berteriak sambil matanya dipejamkan. Tidak lama setelah itu terdengar suara ketawa Arman yang cukup besar. Ternyata Arman sedang mengerjain Laras yang memang dia seorang gadis kecil yang sedikit takut kalau ditinggal sendiri. Tanpa sadar Laras langsung memukul-mukul Arman sambil menangis. “Kamu jahat”  (kata Laras), Arman tersenyum sambil mengejek “Laras takut, Laras takut” hahahah (tambah Arman).
Pangeran kecil bernama arman itu langsung memegang tangan Laras untuk mengajak laras mendaki puncak sebelum sampai di wahana air terjun yang sangat indah itu, Laras pun kembali tersenyum dan melanjutkan perjalanan mereka. Sampai di air terjun mereka berdua bermandi riang dengan irama suara air terjung yang seolah tak ingin melepaskan masa kecil mereka. Diatas batu besar mereka pahat sebuah nama yaitu “LASMAN”. Arman berkata” jika suatu saat nanti kita berpisah maka kita tentu akan kembali ke desa ini, maka jangan lupa kamu kunjungi batu ini ya Laras?”. Laras terlihat senyum dan langsung melanjutkan mandinya. Satu jam berlalu, air terjun itu semakin ramai dipenuhi anak-anak kecil dan warga setempat. Berbagai macam aktifitas terlihat penuh dengan kesengajaan dan kepatuhan.
Matahari mulai memuncak, Arman mengajak Laras untuk pulang. Dalam perjalanan pulang mereka berlari penuh dengan persahabatan. Setiap melihat bunga yang berwarna dihutan keduanya langsung menghampiri dan mencabutnya untuk ditanam di halaman rumah mereka masing-masing. Sampai dirumah keduanya kelihatan lelah, lalu mereka beristirahat dirumah masing-masing.
Pelan-pelan langit mulai gelap, pertanda malam akan segera tiba. Burung akan segera pulang kesarangnya. Dan para penduduk bumi akan segera pulang ke tempat surganya masing-masing. Dari luar Rumah Laras terdengar suara salam sapa dari seorang anak laki-laki kecil yang ingin meminta izin masuk kerumah Laras. Ibu Laras langsung membuka pintu rumahnya yang terbuat dari daun kelapa itu. Ternyata ada Arman yang ingin mengajak Laras kerumah Pak Ustad Ramli untuk belajar membaca Al-Quran. Pak Ustad Ramli juga berprofesi sebagai guru mereka di sekolah SD. Mendengar suara Arman, Laras langsung bergegas untuk ke rumah Pak Ustad Ramli. Sampai dirumah Pak Ustad Ramli Laras dan Arman belajar membaca Al-quran dengan tekun.
Mentari kembali menyapa bumi pertanda kesibukan akan kembali terjadi dimuka bumi ini. Begitu juga dengan Laras dan Araman mereka sudah siap dengan seragam merah putih yang sudah rapi segera melewati jalaur darat yang sangat ekstrim. Sekolah mereka jauh dari desa yang ditempati keduanya. Mereka harus meleawti jembatan gantung yang mengerikan. Cukup banyak kawan-kawan sebaya mereka yang harus putus sekolah karena letak Desa mereka yang sangat miris.  Namun Laras dan Arman tidak pernah luntur dan pudar semangatnya demi mengecam segenam pendidikan.
Laras adalah gadis kecil yang memiliki kemampuan hebat dalam pemahaman penjelasan para guru-gurunya. Dia gadis yang cerdik, hamper semua guru memuji kemampuannya. Dan Arman juga seorang laki-laki yang pandai. Mereka ada dilokal yang berbeda, Arman duduk dikelas Dua SD dan Laras Duduk dibangku kelas Satu SD. Namun keduanya adalah teman sepermainan yang sangat akrab, dan selalu bersama dari dihalaman sekolah hingga kehalaman Desa mereka.
Enam tahun berlalu, Laras kembali mengikuti jejak Arman yang sekarang duduk dibangku kelas Dua SMP. Kini mereka kembali dalam satu payung sekolah yang sama, kebiasaan mereka kembali terjalin dengan baik. Jalur jembatan gantung menjadi saksi perjuangan mereka dalam menimba ilmu. Kini Arman memiliki sebuah sepeda ontel untuk memudahkannya menuju sekolah. Sementara Laras belum punya kemampuan untuk membeli sepeda. Tapi sebagai teman baik Arman selalu menjemput Laras untuk tetap bersama kesekolah. Laras selalu ada dibelakang sepeda Arman, laras kini menjadi gadis yang lebih anggun dan kelihatan sangat cantik.
Pada suatu hari, sampai dijembatan gantung saat menuju sekolah ban sepeda Arman kempos. Laras ketawa kencang sambil berkata “Arman bawa sepeda jelek” (sambil tangannya diletakkan di mulut mengarah kesungai besar). Lalu keduanya ketawa bersama dan sejenak beristirahat di jembatan gantung. Mereka kembali bercerita tentang masa SD mereka yang pernah ke wahana air terjun yang terletak di ujung Desa mereka. Arman kembali menertawakan Laras yang dulu pernah menangis di tengah hutan.
Arman  : tau gak Laras, dulu ketika kamu menangis ditengah hutan? Wajah mu kelihatan pucat dan ketakutan kayak wajah monyet Pak Hasan. Hahahahhahh (Arman kembali mengejek)
Laras      : ia. Gara-gara kamu itu Arman. Coba kalau kamu tidak membohongiku. Jangan-jangan kamu suka ya sama aku, ayok ngaku. (sambil menggelitik pinggangnya Arman)

Arman  : hey anak kecil jangan ngomong itu, sekolah dulu yang benar ya dek Laras?

Laras      : ia dong Cak Arman. Arman kalau kamu Lulus SMP nanti kamu mau melanjutkan sekolah dimana?

Arman     : mungkin di SMA samping sekolah SMP kita, kenapa kamu Tanya itu Laras?

Laras      : ya aku juga mau ngikut Cak Arman nanti.

Arman    : kenapa kok ngikut aku terus kamu laras? Jangan-jangan kamu yang suka sama aku ya?

Laras     : hahahhah, aku ngikut Cak Arman karena biar ada yang boncengin sepeda tiap hari. Aku gak mau cinta-cintaan dulu, aku mau sekolah yang tinggi dulu sampai kuliah di Jakarta nanti. Cak arman mau ikut gak?

Arman  : ngacok kamu Laras, yok kita ke sekolah jalan kaki ajha, supaya Pak Ustasz Ramli tidak marah-marah. Sepedanya biar disini saja dan kita urus nanti pulang sekolah saja.

Kedua nya kembali mengulang masa SD yaitu kesekolah menggunakan jalan alami yaitu jalan kaki. (heheh)
Beberapa tahun kemudian Arman lulus SMA, teman akrab Laras ini tidak melanjutkan pendidikannya ke dua perkuliahan. Arman menekuni pekerjaan orangtuanya setiap hari yaitu pergi kesawah untuk membajak tanah dan lain sebagainya. Selama setahun Laras kesekolah sendirian dengan menggunakan sepeda baru yang dibeli Ayhanya. Armand an Laras mulai jarang ketemu. Arman kini sering sendiri mengunjungi wahana air terjun yang ada di Desa mereka. Arman sering melihat batu besar yang telah di pahat paduan namanya dengan Laras. Arman sering rindu akan masa kecilnya dengan Laras, tapi sekarang Laras sudah jarang bersamanya. Arman merasa kehilangan Laras dalam waktu dekat. Arman sudah jarang kerumah Laras karena ia harus membantu kedua orangtuanya untuk menumpang hidup keluarganya.
Dan kini Laras mendapat undangan kuliah dari sekolahnya untuk kuliah di Jakarta. Petang itu setelah Laras mendapat surat undangan kuliah dari sekolah, Laras langsung kerumah Armand an memberitahukan kabar gembira itu.
Laras    : Arman baca undangan ini, aku akan segera mewujudkan impian ku di Jakarta.

Arman  : Alhamdulillah, doa mu Allah kabulkan. Semoga kau sukses di Jakarta ya Laras (hati Arman terasa sangat sakit dan seolah sulit untuk menerima kenyataan itu)

Laras    : ia Arman

Arman  : apa kamu akan melupakan ku Laras? Apakah kamu akan melupakan nama yang tertulis di batu hitam yang ada di Wahana Air terjun yang terletak di ujung Desa kita? Dan apakan kamu akan melupakan saat kita melintasi jembatan gantung kesekolah? Dan apakah kamu akan melupakan boncengan ku membawa mu kesekolah?

Laras      : kenapa kamu berkata seperti itu? Knepa kamu seakan tidak senang dengan prestasi ku?




1 Response to "Jalan Kenangan Di Jembatan Gantung"

  1. поль на по на проим кут проим изони агод дизог
    поль на blue titanium поль titanium jewelry piercing на проим ford fusion titanium изони 2014 ford fusion energi titanium агод дизог babyliss pro nano titanium hair dryer агодизоги агод дизог.

    ReplyDelete